Sabtu, 13 November 2010

Kerajinan Tangan, Pasar dan Hiburan

Tempat wisata pasar kerajinan dan sentra industri meubel yang berlangsung subuh Kamis merupakan kegiatan transaksi hasil-hasil kerajinan para pengrajin yang ada di Hulu Sungai Utara. Pada kegiatan pasar subuh ini banyak pedagang perantara yang melakukan transaksi dan membawa hasil-hasil kerajinan ini keluar daerah/pulau. Matahari belum lagi terbit. Namun, ratusan pengrajin sudah berduyun-duyun menuju jalan depan Rumah Sakit Pambalah Batung Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Mereka kemudian menjejer barang bawaannya di tepi jalan dengan rapi seperti ada yang mengatur.
Mungkin fenomena itu hanya ada di Amuntai. Sebuah "pameran on the road" yang diselenggarakan rakyat kecil yang berprofesi sebagai perajin. Mereka datang dari segala penjuru, mulai dari darat hingga hulu sungai, tanpa ada yang memberi komando.
Barang bawaan mereka beraneka macam, mulai dari yang benar-benar tradisional hingga yang modern. Mulai dari desain kerajinan yang khas desa hingga sudah tersentuh "desain kota" yang biasanya diperuntukkan bagi ekspor.
Dari "kubu perajin tradisional", berdatanganlah barang- barang kerajinan fungsional khas desa, seperti alat tangkap ikan tradisional lukah dan jambeh, nyiru, tanggui (caping khas banjar), lanjung (tas khas dayak), dan takitan (bakul untuk panen).
Kerajinan tikar, topi, kipas, dan anyaman lainnya sudah menjadi pemandangan dominan di pasar yang hanya ada setiap Kamis itu. Semua barang itu langsung berasal dari perajin utama yang keluar dari desa-desa sekitar Amuntai, sekitar 250 kilometer dari Banjarmasin.
"Kubu perajin modernis" membawa kerajinan yang pernah berjaya sebagai primadona ekspor pada tahun 1980-an. Di antaranya didominasi oleh kerajinan berbahan baku rotan, seperti lampit, kotak tisu dari rotan, kursi malas dari rotan, sketsel pintu dari rotan, dan beraneka jenis anyaman rotan lainnya.
"Pokoknya semua jenis anyaman ada di sini dan jika belum ada, bisa dibuatkan. Barangnya seperti apa, silakan ditunjukkan ke kami, pasti kami bisa membuatkannya berdasarkan gambar itu," kata Mastur, perajin dari Palimbangan, Kecamatan Amuntai Utara.
Soal harga? Di pasar itu dikenal sebagai pasar murah meriah. Sebuah topi bundar dari anyaman purun, misalnya, hanya dilepas pengrajin dengan harga Rp 1.000. Jika mengambil banyak, misalnya satu kodi, pedagang melepasnya dengan harga Rp 18.000 per kodi.
Sebuah kursi malas berpenampilan mewah yang terbuat dari rotan hanya ditawarkan Rp 75.000. Tikar dengan motif tradisional yang langka dengan ukuran 1,5 m x 2 m di pasar itu hanya dijual Rp 10.000.
Berbagai bentuk tas dan bakul yang terbuat dari anyaman tradisional rotan di pasar itu hanya ditawarkan
antara Rp 15.000 sampai Rp 50.000. Para pedagang mengklaim anyaman mereka sudah sering dikirim ke Bali dan dari Bali diekspor ke mancanegara.
KAMIS pagi merupakan hari pasar khusus untuk barang kerajinan dari para pengrajin. Walaupun dinamakan pasar, tidak ada pengelola atau pemungut retribusi di kawasan itu. Bahkan, parkir kendaraan pun tidak ada yang memungut.
Kabupaten Hulu Sungai Utara setelah berpisah dengan kabupaten baru Balangan kini memang praktis tak memiliki sumber daya alam. Dengan lepasnya Balangan yang kaya batu bara, Amuntai kini benar-benar bergantung pada keterampilan sumber daya manusia, khususnya di bidang kerajinan.
Perajin dari Palimbangan, Kecamatan Amuntai Utara, Yusnah, mengatakan, dirinya dan juga hampir semua warga desanya sudah puluhan tahun benar-benar bergantung pada kerajinan tangan. Pasang surut desa tersebut juga bergantung pada nasib kerajinan di mata konsumen.
Pada dekade 1980-an, misalnya, di kalangan para pengrajin dianggap sebagai tonggak kejayaan kerajinan Amuntai karena kerajinan dari berbagai desa itu berhasil menembus ekspor ke berbagai negara Asia, terutama Jepang. Masa kejayaan itu berangsur-angsur surut memasuki dekade 1990-an.
Walaupun demikian, para perajin yang melayani pasar lokal hingga kini terus bertahan dan lambat laun memasuki tahun 2004 ini kerajinan Amuntai bangkit kembali. Desa-desa yang dulu terpuruk kini kembali bangkit dan mereka kembali menganyam.
Selain dengan tetap menguasai pasar ekspor melalui kota-kota di luar Jawa, semisal Surabaya dan Bali, kini mereka sudah berhasil ekspansi pasar ke Taiwan dan Korea. Sebelumnya, mereka hanya mengandalkan pasar ke Jepang, terutama untuk kerajinan lampit.
Kerajinan memang sudah mendarah daging. Bahkan, di Hulu Sungai Utara dimungkinkan tidak ada yang mau menganggur karena semua memiliki keterampilan menganyam atau beternak.
Setiap hari di desa-desa wisata itu mereka menganyam dengan puncak kegiatannya terjadi pada Senin hingga Rabu. Hari-hari itu masyarakat desa sedang mempersiapkan barang kerajinan untuk dibawa ke Pasar Kerajinan Kamis Subuh di Amuntai.
Monumen Kota Bebek Alabio
Kota Amuntai juga dikenal sebagai Kota Agrowisata Bebek Alabio. Oleh karena itu, di tengah kota terdapat sebuah patung bebek sebagai landmark kota ini. Namanya Monumen Bebek Alabio.
monumen itik alabio Di kota Amuntai ini berdiri Monumen Itik Alabio dengan megah
Menurut beberapa orang yang pernah merasakan masakan Bebek Alabio, rasanya tiada tara.
Pasar Itik Alabio
RABU dini hari, Pasar Itik Alabio di Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, sudah menggeliat. Lalu lintas mulai padat. Sepeda onthel, sepeda motor, mobil angkutan desa, mobil pikap, truk, gerobak, perahu, dan manusia lalu lalang membawa tiga jenis barang dagangan: itik, telur itik, dan pakan itik.
Nama itik alabio yang tersohor di seluruh Nusantara karena produktivitas telurnya itu memang berasal dari nama pasar itik di tepi sungai itu. Bagi masyarakat Hulu Sungai Utara (HSU), itik alabio adalah penyangga ekonomi rakyat.
Itik alabio
Sekurangnya 14.000 keluarga bergantung kepada rantai bisnis 1,2 juta ekor itik. Beternak itik bagi sebagian orang HSU adalah seni turun-temurun. Keahlian itu sulit diajarkan kepada orang lain karena sebagian mengandalkan ketajaman insting dan kepekaan perasaan semata. Untuk menyeleksi telur yang akan ditetaskan, peternak tidak perlu "meneropongnya", cukup meraba dan merasakan getaran permukaan telur. Untuk membedakan jenis kelamin anak itik, peternak hanya mendengarkan suaranya. "Kalau kwak-kwak pasti jantan, kalau kwik-kwik berarti betina," kata Saiman yang dijuluki "doktor" itik karena keahliannya menangguh (membedakan jantan-betina).
Itik Alabio Desa Mamar
Pada kecamatan Amuntai Selatan yakni di desa Mamar sering mendapat kunjungan khususnya bagi mereka yang berkepentingan dengan kegiatan pengembangan dan perdagangan hasil-hasil ternak itik.
Itik Alabio Desa Mamar
Bagi kabupaten Hulu Sungai Utara yang memiliki ternak itik yang khas daerah yakni itik Alabio, maka adanya sentra ternak itik Alabio di desa Mamar ini menjadi trade mark yang dikenal oleh daerah lainnya.
Titian Panjang Desa Pasar Senin
Titian panjang dan wisata memancing yang terdapat di desa Pasar Senin merupakan titian yang dibangun untuk menghubungkan desa Mawar Sari dengan jalan utama agar dapat menggerakkan roda perekonomiannya serta membuka isolasi akibat sulitnya sarana transportasi ke desa ini sebelumnya. Karena bentuknya yang memanjang sampai puluhan kilometer serta melalui wilayah genangan rawa yang merupakan tempat hidup ikan-ikan perairan rawa, maka daerah ini ramai didatangi khususnya bagi mereka yang gemar memancing.
Kerajinan Sulaman Bordir Desa Teluk Betung
Kerajinan sulaman bordir yang turun-temurun di desa Teluk Betung kecamatan Sungai Pandan menjadi ciri khas daerah ini yang sering dikunjungi.
Lapangan Golf Air Tawar Indah
Di kecamatan Amuntai Utara ini yakni di desa Tayur terdapat lapangan golf Air Tawar Indah yang dibangun oleh pemerintah daerah sebagai tempat rekreasi dan olahraga yang sering dikunjungi khususnya yang memiliki kegemaran golf.Sumber urangbanua.com

Lihat juga :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...